RUBELLA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Rubella dan Kehamilan di Indonesia. Akhir-akhir ini mulai merebak kembali penyakit yang namanya Rubella. Dulu, dikatakan bahwa penyakit ini sudah semakin menurun angka kejadiannya di Indonesia. Namun, di Bogor bulan Juni 2008 ditemukan 108 anak positif terkena Rubella dan telah dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor.
Rubella atau yang sering disebut Campak Jerman ini adalah penyakit virus akut yang menyerang baik anak-anak maupun dewasa dengan gejala umum yang meliputi bercak kemerahan pada kulit, demam serta pembesaran kelenjar getah bening (lymphadenopathy). Gejala Bercak merah yang ditimbulkan biasanya mulai dari wajah lalu menyebar ke batang tubuh. Sedangkan kelenjar getah bening yang terlibat dan membesar biasanya kelenjar getah bening yang terletak di belakang telinga (postauricular), tengkuk (suboccipital) serta leher (cervical). Dibanding anak-anak, jika virus ini menyerang orang dewasa biasanya mengalami gejala yang lebih berat. Mungkin disertai radang selaput mata (conjunctivitis), pilek yang berat (coryza) dan juga radang sendi (arthritis). Radang sendi ini lebih sering terjadi pada wanita. Namun umumnya infeksi penyakit ini biasanya tidak menunjukan gejala klinis yang berarti. Gejala yang muncul hanya seperti lemas, tidak nafsu makan, demam sedikit. Oleh sebab itu ibu hamil sering tidak tahu dirinya menderita Rubella.
Virus Rubella ini mudah menyebar lewat hubungan yang dekat (close contact) antar individu misalnya dengan orang yang tinggal serumah. Berbicara, batuk dan bersin juga dapat membantu penyebaran virus ini jika orang tersebut sudah terjangkit. Satu serangan penyakit Rubella mengakibatkan kekebalan seumur hidup. Namun jangan sampai ada yang mengalaminya, apalagi ibu hamil. Karena infeksi Rubella akibat pada janin lebih serius dan meliputi abortus spontan, anomali kongenital (disebut juga sindrom rubella kongenital), dan bahkan kematian. Oleh karena itu kita harus mengetahui penyebab, gejala, penatalaksanaan serta hal – hal yang berhubungan dengan Rubella.

1.2         Tujuan Penulisan
1)           Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan patologi yang sesuai dan komprehensif pada ibu hamil yang menderita infeksi Rubella
2)           Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat :
3)           Mengetahui definisi dari infeksi Rubella pada kehamilan
4)           Mengeahui penyebab atau etiologi dari infeksi Rubella
5)           Mengetahui tanda dan gejala dari infeksi rubella
6)           Menghetahui Patofisiologi dari infeksi Rubella pada kehamilan
7)           Mengetahui penatalaksanaan infeki penyakit rubella pada ibu hamil
8)           Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada ibu dengan infeksi Rubella

BAB II
ISI

2.1         Definisi Rubella
Rubella dikenal dengan nama campak jerman atau campak 3 hari adalah infeksi yang utamanya mengenai kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan virus rubella yang biasanya ditularkan melalui droplet (percikan cairan) dari hidung atau tenggorokan yang dihirup orang lain. Bisa juga ditularkan oleh ibu hamil melalui plasenta ke bayi yang sedang dikandungnya.

Rubella adalah penyakit yang biasanya ringan pada anak-anak akan tetapi infeksi rubella sangat berbahaya bagi wanita hamil karena dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital pada bayi yang dikandungnya.
Sebelum vaksin rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi setiap 6-9 tahun, paling sering pada anak usia 5-9 tahun. Banyak kasus rubella kongenital pun terjadi. Setelah ada imunisasi, baik kasus rubella maupun rubella kongenital menurun.
Kebanyak infeksi rubella saat ini muncul pada dewasa muda yang tidak diimunisasi dibandingkan pada anak-anak. Bahkan, para ahli memperkirakan 10% dewasa muda saat ini rentan terhadap rubella yang tentu saja dapat menimbulkan bahaya bagi anak mereka nantinya.
Waktu inkubasi rubella adalah 14-21 hari. Artinya, mungkin seseorang anak yang terinfeksi rubella baru menunjukkan gejalanya setelah 2-3 minggu kemudian.
Ruam pada rubella biasanya bertahan selama 3 hari. Kelenjar getah bening akan tetap bengkak selama 1 minggu atau lebih dan nyeri sendi dapat bertahan lebih dari 2 minggu. Anak dengan rubella biasanya pulih dalam waktu 1 minggu, tetapi pada orang dewasa bisa lebih lama.
Rubella atau campak jerman merupakan penyakit menular dengan eksantema, biasanya ditandai oleh gejala konstitusional yang ringan tetapi dapat menyebabkan abortus, lahir mati atau kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi selama kehamilan muda.

2.2         Etiologi
Rubella virus merupakan suatu toga virus yang dalam penyebabnya tidak membutuhkan vector. Virus rubella (virus RNA berserat tunggal) ditularkan melalui percikan ludah penderita atau karena kontak dengan penderita. Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang berada di dalam kandungannya. Penderita bisa menularkan penyakit ini pada saat 1 minggu sebelum munculnya ruam sampai 1 minggu setelah ruam menghilang. Bayi baru lahir yang terinfeksi ketika masih berada dalam kandungan, selama beberapa bulan setelah lahir, bisa menularkan penyakit ini. Kekebalan seumur hidup diperoleh setelah menderita penyakit ini.


rub1.jpgWabah bisa terjadi dengan interval 6-hun. Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25%-50% bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
Rubella paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi dan biasanya menyerang kelompok usia sekolah, pada orang dewasa 80 – 90 telah imun. Epidemi besar terjadi setiap 6 – 9 th. Penularan biasanya lewat kontak erat misalnya lewat sekolah / tempat kerja.
Virus rubella menular dari satu orang ke orang lainnya melalui droplet dari hidung atau tenggorokan. Orang dengan rubella dapat menularkannya mulai dari 1 minggu sebelum sampai dengan 1 minggu sesudah ruam muncul.  Orang yang terinfeksi meskipun tanpa gejala tetap dapat menularkan virus.
Bayi yang menderita sindrom rubella congenital dapat mengeluarkan virus di air kencingnya dan cairan dari hidung dan tenggorokan selama setahun atau lebih dan virus dapat mengenai orang yang tidak diimunisasi.
400px-Infant_rubella_virus.jpg






Gambar bayi terinfeksi Rubella

2.3         Tanda dan Gejala
Gejala klinis : Anak yang pertama kali datang dengan ruam eritematosa, makulopapular, dan priuritik yang dimulai pada wajah dan menyebar ke ekstremitas. Ruam biasanya berlangsung selama 3 hari, dengan bagian yang pertama kali bersih adalah wajah. Orang dewasa dapat datang dengan gejala prodromal (demam, malaise, batuk, nyeri tenggorok, limfadenopati) beberapa hari sebelum timbul ruam. Limfadenopati berlangsung sekitar 1 minggu dan paling menonjol pada aurikural posterior, suboksipital, dan rantai servikal posterior. Artralgia dan arthritis yang jarang terjadi pada anak, lebih sering terjadi pada remaja dan orang dewasa, terutama perempuan.
Penyakit Rubella tidak seberat penyakit Campak yang banyak menimbulkan kematian pada anak-anak. Penyakit Rubella paling hanya menimbulkan demam ringan (anak meriang = subfebril), dan sedikit rewel. Pada dewasa, gejala awal tersebut sifatnya ringan atau sama sekali tidak timbul. Gejala mulai timbul dalam waktu 14-21 hari setelah terinfeksi.
Infeksi rubella dimulai dengan demam ringan (37,2 – 37,8oC) selama 1-5 hari disertai rasa nyeri dan pembengkakan kelenjar getah bening, biasanya di daerah leher belakang atau di belakang telinga. Ruam kemudian muncul di muka dan menyebar ke bawah. Sambil menyebar ke bawah, ruam yang sudah lebih muncul di atas biasanya menghilang. Ruam inilah yang sering menjadi pertanda pertama penyakit yang disadari oleh orang tua.
Ruam pada rubella bisa nampak seperti ruam yang disebabkan oleh virus pada umumnya. Tampilannya berupa bercak merah muda atau merah terang yang dapat menyatu membentuk bercak yang lebih besar lagi. Ruam bisa gatal dan bertahan selama 3 hari. Sejalan dengan menghilangnya ruam, kulit yang terkena biasanya mengelupas dengan halus. Gejala lain dari rubella antara lain (lebih sering pada remaja dan orang dewasa) sakit kepala, hilang nafsu makan, konjungtivitis ringan, hidung mampet atau meler, pembesaran kelenjar getah bening di bagian tubuh lainnya, nyeri dan pembengkakan sendi (terutama pada wanita muda). Banyak orang  dengan rubella tidak bergejala sama sekali atau sedikit sekali gejalanya. Sepertiga wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak Jerman bisa menyebabkan keguguran, kematian bayi dalam kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi infeksi telinga (otitis media). Infeksi otak (ensefalitis) jarang terjadi.



Ruam campak Jerman
 










Untuk mengenal Rubella secara klinis juga sangat sulit. Bintik-bintik merah di kulit yang pada Campak mudah dikenal baik oleh masyarakat awam, pada Rubella jarang ditemukan. Menurut para peneliti hanya pada 15-50 persen penderita Rubella yang memperlihatkan gejala bintik-bintik merah di kulit.
Gejala lain seperti pilek, mata merah dan batuk-batuk, tidak terjadi pada Rubella, dan karena Rubella tidak menimbulkan akibat yang serius, penyakit ini tidak mendapat perhatian baik oleh petugas kesehatan maupun oleh pemegang kebijakan kesehatan di Indonesia. Akibat yang serius dan sangat serius adalah jika virus Rubella menulari perempuan hamil apalagi pada umur kehamilan muda di bawah 5 bulan (20 minggu). Karena pada umur kehamilan muda ini, buah kehamilan (embryo) masih dalam fase pertumbuhan dan pembentukan alat-alat tubuh. Seperti juga pada Toxoplasmosis, pada Rubella bayi yang di lahirkan kelak akan menderita cacat kongenital yang jauh lebih berat, yang populer dalam ilmu kesehatan dengan gejala-gejala kongenital Rubella (sindroma Rubella congenital = Congenital Rubella Syndrome) yaitu cacat jantung bocor, tuli.

Resiko Kecacatan Pada Kehamilan dengan Infeksi Rubella
Usia Kehamilan
% terinfeksi
% kecacatan
<11 minggu
90%
90%
11-12 minggu
67%
33%
13-14 minggu
67%
11%
15-16 minggu
47%
24%
17-18 minggu
39%
Ringan
19-22 minggu
34%
Ringan
23-26 minggu
25%
Ringan
27-28 minggu
12%
Ringan
Bulan 7
35%
Ringan
Bulan 8
60%
Ringan
Bulan 9
100%
Ringan


2.4         Patofisiologi



2.5         Penatalaksanaan
Rubella tidak dapat diobati dengan antibiotik karena antibiotik tidak bekerja untuk infeksi virus. Kecuali timbul komplikasi, maka rubella akan sembuh dengan sendirinya. Wanita hamil yang berkontak dengan infeksi rubella harus segera menghubungi dokter kebidanannya.
Rubella biasanya ringan pada anak-anak, biasanya cukup dirawat di rumah saja. Amati suhu tubuh anak anda dan hubungi dokter jika demam naik terlalu tinggi. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, anda dapat memberikan anak anda paracetamol atau ibuprofen. Jangan berikan asipirin karena dapat timbul sindrom Reye yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi hati dan kematian.
Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup. Vaksin rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin, hal ini karena vaksin berupa virus rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun sangat jarang.
Tidak ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.
Vaksinasi MMR ( tidak boleh diberikn pada Mereka yang alergi terhadap antibiotik neomicyn. Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu bulan setelah imunisasi.  Mereka yang menderita penyakit apa saja atau menerima pengobatan yang menekan sistem kekebalan, seperti cortisone atau prednisolone. Siapa saja yang menderita infeksi yang akut.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memastikan pasien terinfeksi virus Rubella adalah pemeriksaan serologis respon imun. Respon imun yang diperiksa adalah IgM dan IgG Rubella.
IgM
ð Muncul 2-3 hari setelah ruam
ð Kadar puncak dicapai sekitar 1-4 minggu
ð Dapat dideteksi pada 3-8 minggu
ð Menetap hingga 6-12 bulan
IgG
& Terdeteksi 5-10 hari setelah ruam (bisa lebih awal)
& Kadar puncak dicapai sekitar 15-30 hari
& Menurun perlahan sampai beberapa tahun hingga mencapai titer rendah dan konstan










Gam
& Jika hasil IgG (-) dan IgM negatif,
lakukan vaksinasi, baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi
& Jika hasil IgG (-) dan IgM (+)
Tidak boleh hamil selama 3 bulan, infeksi harus diobati terlebih dahulu. Jika sudah sembuh, tidak perlu melakukan vaksinasi lagi karena sudah memiliki kekebalan.
& Jika hasil IgG(+) dan IgM(-)
Berarti pernah terinfeksi dan antibodi yang terdapat dalam tubuh, dapat melindungi dari virus rubella. Bila hamil, bayi akan terhindar dari sindrom rubella konginetal.
& Jika hasil IgG(+) dan IgM(+)
Sedang terinfeksi harus mendapat pengobatan

2.6         Sindroma Rubella Konginetal
Infeksi rubella selma kehamilan infeksi plasenta dan janin. Sejumlah sel janin yang terbatas terkena infeksi. Meskipun virus tidak merusak sel-sel, laju pertumbuhan sel-sel yang terkena infeksi berkurang dengan akibat adanya lebih sedikit sel normal dalam alat – alat tubuh etika lahir. Infeksi intrauterin dihubungkan dengan menetapnya virus dalam neonatus yang bisa berlangsung selama 12-18 bulan setelah kelahiran
Bayi dengan sindroma rubella kongenital dapat memilih satu atau lebih kelainan, termasuk cacat pada jantung dan pembuluh darah besar (patent ductus arteriosus, stenosa arteri pulmoner, atenosa katup pulmoner, cacat septu ventrikuler dan cacat septum atrium), cacat mata (katarak, glaukoma dan korioerentinitis), dan ketulian neurosensoris. Bayi dapat pula menunjukkan gangguan pertumbuhan, kegagalan pertumbuhan, hepatosplenomegali, trombositopenia dengan purpura, anemia, osteitis, dan suatu sindroma ensefalitik yang mengakibatkan cerebal palsy.
Spektrum gangguan neurologis dan neurosensoris dalam bayi yang hidup setelah infeksi rubela, sangat luas. Di antara 100 penderita dengan infeksi rubella kongenital, ditemukan kelainan neurologik pada 81 kasus antara kelahiran dan umur 18 bulan. Sisa penyakit meliputi gangguan pendengaran, gangguan pengelihatan, gangguan pertumbuhan mikrosefali, keterbelakangan mental dan disfungsi serebral. Masalah keseimbangan tubuh dan keterampilan motoris berkembang pada anak – anak pra sekolah. Gangguan psikhiatrik dan manifestasi tingkah laku terjadi pada anak – anak berumur pra sekolah dan sekolah.
Bayi dengan sindrom rubella kongenital sering memiliki kepekaan yang lebih terhadap infeksi dan imunoglobulin abnormal, biasanya kenaikan IgM dengan kadar IgG dan IgA yang rendah. Terdapat suatu angka mortalitas 20% diantara bayi yang terkena infeksi virus kongenital dan ada gejala pada waktu lahir. Beberapa bayi yang terkena infeksi virus dan terlihat normal pada waktu lahir, dapat memperlihatkan kelainan pada umur yang lebih tua. Bayi yang terkena infeksi hebat mungkin memerlukan perawatan dalam rumah perawatan seumur hidupnya.
Kekebalan
Biasanya, antibodi rubella dari ibu dalam bentuk IgG dipindahkan ke bayi dan berangsur – angsur berkurang setelah masa 6 bulan. Pada bayi yang terinfeksi dalam kandungan, virus rubella yang menetap menyebabkan peningkatan titer IgM spesifik rubella maupun peningkatan kadar IgG spesifik yang bertahan lama seteah kadar IgG dari ibu menurun.
Epidemiologi
Biasanya bayi tetap bersifat infeksius, dengan virus ditemukan pada tenggorokan sampai umur 18 bulan setelah lahir. Bayi yang terkena infeksi kongenital dan kelihatan normal tetapi mengeluarkan virus, sanggup menularkan rubella. Rubella tanpa ruam penting karena infeksi rubella yang tidak nyata (dengan viremia) yang didapat pada masa hamil memiliki efek merusak yang sama pada janin seperti rubella yang memiliki ruam khas.




BAB IV
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Rubella, dikenal dengan nama campak jerman adalah infeksi yang utamanya mengenai kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan virus rubella, yang biasanya ditularkan melalui droplet (percikan cairan) dari hidung atau tenggorokan yang dihirup orang lain.
Infeksi rubella dimulai dengan demam ringan (37,2 – 37,8oC) selama 1-5 hari disertai rasa nyeri dan pembengkakan kelenjar getah bening, biasanya di daerah leher belakang atau di belakang telinga. Ruam kemudian muncul di muka dan menyebar ke bawah. Sambil menyebar ke bawah, ruam yang sudah lebih muncul di atas biasanya menghilang. Ruam inilah yang sering menjadi pertanda pertama penyakit yang disadari oleh orang tua.
Banyak orang  dengan rubella tidak bergejala sama sekali atau sedikit sekali gejalanya. Pada wanita hamil, campak Jerman bisa menyebabkan keguguran, kematian bayi dalam kandungan ataupun keguguran.
Rubella biasanya ringan pada anak-anak, biasanya cukup dirawat di rumah saja.  Penanggulangan infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan bisa seumur hidup. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. Bila didapatkan infeksi rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila diagnosis dibuat secara tepat.


3.2         Saran
Mengingat dampak infeksi Rubella yang berbahaya pada kehamilan, maka lebih baik mencegah dari pada mengobati. Pencegahan dengan imunisasi MMR (mumps-measles-rubela). Cara lainnya dengan melakukan pemeriksaan darah uuntuk mengetahui ada tidaknya kekebalan terhadap penyakit rubella. Jika belum ada kekebalan maka harus dilakukan imunisasi, sekurang-kurangnya tiga bulan sebelum berencana untuk hamil. Konsultasi ke dokter segera bagi wanita hamil yang terkena rubella






ð  ners.unair.ac.id/materikuliah/peran%20&%20fungsi%20perawat.pdf