KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
ASUHAN KEPERAWATAN REMATOID ATRTHIS
Dalam
penyusunan makalah ini penulis masih banyak kekurangan dan kekhilafan baik
materi, tata bahasa dan isi ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis
Penulis
juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan dengan
ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Penulis juga berharap semoga amal baik yang telah
diberikan mendapatkan imbalan yang sesuai dari Allah SWT, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua
Medan, 09
Mei 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Meningkatnya
usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan
lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf
kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya
beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam
menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini
karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan
struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk
lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori
fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling
tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).
Dari
berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati
urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit
masyarakat usia >55 tahun (Household
Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di
Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari
pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo
et. al, 1991).
Seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut (lansia) juga
meningkat. Tahun 1999, jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih kurang 16 juta
jiwa. Badan Kesehatan Dunia, WHO memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di Indonesia
60 juta jiwa, mungkin salah satu terbesar di dunia Dibandingkan dengan jantung dan kanker,
rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan. Namun, jumlah penduduk lansia
yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan
persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung,
gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes (Health-News,2007).
B.
TUJUAN
·
Tujuan
Umum
Mengetahui
gambaran umum tentang rheumatoid arthritis yang terjadi pada lansia.
·
Tujuan
Khusus
Mengetahui
pengertian, etiologi, patofisiologi, serta tanda dan gejala yang
terjadi pada lansia penderita rheumatoid artritis.
Mengetahui
penatalaksanaan asuhan keperawatan gerontik yang sesuai diberikan pada
lansia dengan rheumatoid arthritis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Reumatoid
arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi
pada sendi (Lemone & Burke, 2001 :
1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak
sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid
Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh
(Hidayat, 2006).
Artritis
Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (www.medicastore.com).
Arthritis
adalah istilah medis untuk penyakit dan kelainan yang menyebabkan pembengkakan/radang
atau kerusakan pada sendi. Arthritis sendiri merupakan keluarga besar inflammatory degenerative disease, di
mana bentuknya sangat beragam, lebih dari 100 jenis arthritis. Istilah
arthritis sendiri berasal dari bahasa Yunani /Greek: Arthon /sendi
dan it is/radang
(www. wrm-Indonesia.org).
Atrhritis rheumatoid adalah
penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung
kronis yang menyerang beberapa sistem organ, dan paling sering ditemukan di
sendi. (Arif Muttaqin, 2008;322)
Rhematoid
artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak
terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun (Brunner, 2002).
B.
ETIOLOGI
Penyebab
dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat
dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi)
seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan rhematoid factor
2. Faktor metabolic
3. Infeksi dengan kecenderungan virus
C.
PATOFISIOLOGI
Inflamasi
mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari
sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago
artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat
erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang
sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya
arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain.
terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
D.
TANDA
DAN GEJALA
1. Tanda dan gejala setempat
· Sakit persendian
disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas,
kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai
berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis
yang biasanya tidak berlangsung lama. Lambat laun membengkak, panas merah,
lemah Poli artritis simetris sendi perifer, Semua sendi bisa terserang,
panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering
mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang
lebih besar seringkali terkena juga Artritis erosive sifat radiologis
penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir
tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah,
demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia Bila ditinjau dari
stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis
Pada
stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,
bengkak, dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada
stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan
gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk
jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada
stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya
sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir
ankilosis tulang
E.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a. Tes serologi
Sedimentasi
eritrosit meningkat
Darah,
bisa terjadi anemia dan leukositosis
b. Pemerikasaan radiologi
Periartricular
osteoporosis, permulaan persendian erosi, Kelanjutan penyakit: ruang sendi
menyempit, sub luksasi dan ankilosis
c. Aspirasi sendi
Cairan
sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur
dan bisa diperiksa secara makroskopik.
F.
PENATALAKSANAAN
Tujuan
utama terapi adalah:
- Meringankan rasa nyeri dan peradangan
- merupakan memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
- Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
- Istirahat
- Latihan fisik
- Panas
- Pengobatan
- Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
- Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat
- Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
- Garam emas
- Kortikosteroid
- Nutrisi à diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif
dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa
nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis
pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah
timbulnya kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka
persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada
lutut, tumit dan pergelangan tangan.
BAB
III
ASKEP
TEORITIS
A.
PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
·
Adanya
keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
·
Perasaan
tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan Fisik
·
Inspeksi
dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
·
Lakukan
pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
·
Catat
bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
·
Catat
bila ada krepitasi
·
Catat
bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
·
Lakukan
inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
·
Catat
bia ada atrofi, tonus yang berkurang
·
Ukur
kekuatan otot
·
Kaji
tingkat nyeri, derajat dan mulainya
·
Kaji
aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien
dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Berdasarkan
tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan
adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering
muncul yaitu:
B.
Tabel Analisa Data
No
|
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
Keluhan
nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri, Perilaku
distraksi/ respons autonomic
|
Distensi
jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi
|
Nyeri
|
2.
|
Keengganan
untuk mencoba bergerak/
ketidakmampuan
untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.
Membatasi
rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol
dan massa ( tahap lanjut ).
|
deformitas
skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot |
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan.
|
3.
|
Perubahan
fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
|
deformitas
skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot |
Gangguan
Citra Tubuh
|
4.
|
Ketidakmampuan
untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
|
kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
depresi
|
Defisit
perawatan diri
|
5.
|
Sering
terjatuh
Aktifitas
menggunakan alat bantu.
Penurunan
aktifitas motorik
|
Hilangnya
kekuatan otot dan sendi, penurunan kekuatan, Penurunan fungsi
sensorik
dan
motorik.
|
C. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis (doengoes, 2000) adalah sebagai berikut
:
1.
Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi
jaringan akibat akumulasi cairan/ proses inflamasi/ destruksi sendi.
2.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
deformitas skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas
atau penurunan kekuatan otot.
3.
Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energy atau ketidakseimbangan mobilitas.
4.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau
depresi.
5.
Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan
rumah berhubungan dengan proses penyakit degenerative jangka panjang, system
pendukung tidak adekuat.
6.
Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai
penyakit, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
D. Intervensi
dan Implementasi Keperawatan
Rencana
asuhan keperawatan pada klien arthritis rheumatoid dibawah ini, disusun
berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan rasionalisis (doenges,
2000).
Diagnosa
keperawatan I : nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi
cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
|
|
1.
Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat lokasi dan intensitas,
factor-faktor yang mempercepat, dan respon rasa sakit non verbal.
|
1.
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan efektifitas program.
|
2.
Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai
kebutuhan.
|
2.
Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan
menjaga pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress
pada sendi yang sakit. Peninggian tempat tidur menurunkan tekanan pada
sendi yang terinflamasi/nyeri
|
3.
Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
|
3. Pada penyakit yang berat/
eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri cedera.
|
4.
Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir,
gulungan trokhanter, bebat, brace.
|
4. Mengistirahatkan sendi-sendi
yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat
menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi. Imobilisasi yang
lama dapat mengakibatkan hilang mobilitas/ fungsi sendi.
|
5. Anjurkan klien untuk sering merubah
posisi,. Bantu klien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit
di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
|
5. Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
sendi.
|
6. Anjurkan klien untuk mandi air
hangat. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi yang sakit. Pantau suhu
air kompres, air mandi, dan sebagainya.
|
6. meningkatkan relaksasi otot, dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan menghilangkan kekakuan pada pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
|
7. Berikan masase yang lembut.
|
7. meningkatkan relaksasi/ mengurangi
tegangan otot.
|
8. Dorong penggunaan teknik manajemen
stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back,
visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
|
8. Meningkatkan relaksasi, memberikan
rasa kontrol nyeri dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
|
9. Libatkan dalam aktivitas hiburan
sesuai dengan jadwal aktivitas klien.
|
9. Memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
|
Kolaborasi
:
10. Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/ latihan yang
direncanakan sesuai petunjuk.
|
10. Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/
spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
|
11. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
· Asetilsalisilat (Aspirin).
· NSAID lainnya, missal ibuprofen
(motrin), naproksen, sulindak, proksikam (feldene), fenoprofen.
· D-penisilamin (cuprimine).
· Antasida
· Produk kodein
|
11. Obat-obatan:
· Bekerja sebagai antiinflamasi
dan efek analgesik ringan dalam mengurani kekakuan dan meningkatkan
mobilitas. ASA harus dipakai secara regular untuk mendukung kadar dalam darah
teurapetik. Riset mengindikasikan bahwa ASA memiliki indeks toksisitas yang
paling rendah dasi NSAID lain yang diresepkan.
· Dapat digunakan bila klien tidak
memberikan respons pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.
· Dapat mengontrol efek-efek
sistemik dari RA jika terapi lainnya tidak berhasil. Efek samping yang lebih
berat misalnya trombositopenia, leucopenia, anemia aplastik membutuhkan
pemantauan yang ketat. Obat harus diberikan diantara waktu makan, karena
absorbs obat menjadi tidak seimbang antara makanan dan produk antasida dan
besi.
· Diberikan bersamaan dengan NSAID
untuk meminimalkan iritasi/ ketidaknyamanan lambung.
· Meskipun narkotik umumnya adalah
kontraindikasi, namun karena sifat kronis dari penyakit, penggunaan jangka
pendek mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol
nyeri yang berat.
|
12. Bantu klien dengan terapi fisik, missal sarung tangan
paraffin, bak mandi dengan kolam bergelombang.
|
12. Memberikan dukungan hangat/ panas untuk sendi yang
sakit.
|
13. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.
|
13. Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak pada
periode akut.
|
14. Pertahankan unit TENS jika digunakan.
|
14. Rangsang elektrik tingkat rendah yang konstan dapat
menghambat transmisi nyeri.
|
15. Siapkan intervensi pembedahan, missal sinovektomi.
|
15. Pengangkatan sinovium yang meradang dapat mengurangi
nyeri dan membatasi progresi dan perubahan degeneratif.
|
Diagnosa
Keperawatan II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan
otot.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
|
|
1.
Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/
rasa sakit pada sendi.
|
1.
Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resolusi dari proses inflamasi.
|
2. Pertahankan istirahat tirah baring/
duduk jika diperlukan. Buat jadwal aktivitas yang sesuai dengan
toleransi untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur
malam hari yang tidak terganggu.
|
2. Istirahat sistemik dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting, untuk mencegah
kelelahan, dan mempertahankan kekuatan.
|
3. Bantu klien dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikian juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
|
3. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Latihan yang tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
|
4. Ubah posisi klien setiap dua jam
dengan bantuan personel yang cukup. Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan
dan penggunaan bantuan mobilitas.
|
4. Menghilangkan tekanan pada jaringan
dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian klien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.
|
5. Posisikan sendi yang sakit
dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, dan bebat, brace.
|
5. Meningkatkan stabilitas ( mengurangi
resiko cidera ) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh serta dapat mengurangi kontraktur.
|
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah
leher.
|
6. Mencegah fleksi leher.
|
7. Dorong klien mempertahankan postur
tegak dan duduk, berdiri, dan berjalan.
|
7. Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas.
|
8. Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tangga pada
bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda.
|
8. Menghindari cidera akibat kecelakaan/
jatuh.
|
Kolaborasi
:
9. Konsultasi dengan ahli terapi
fisik/okupasi dan spesialis vokasional.
|
9.
berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan
pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasi alat/bantuan mobilitas.
|
10.
Berikan matras busa/ pengumbah tekanan.
|
10. Menurunkan
tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilisasi /
terjadi dekubitus.
|
11. Berikan obat –
obatan sesuai indikasi :
·
Agen antireumatik, mis garam emas, natrium tiomaleat.
·
Steroid.
|
11. Obat – obatan :
·
Krisoterapi ( garam emas ) dapat menghasilkan remisi
dramatis / terus – menerus tetapi dapat mengakibatkan inflamasi
rebound bila terjadi penghentian atau dapat terjadi efek samping serius, misl
krisis nitrotoid seperti pusing, penglihatan kabur, kemerahan tubuh, dan
berkembang menjadi syok anafilaktik.
·
Mungkin dibutuhkan untuk menekan inflamasi sistemik akut.
|
12. Siapkan
intervensi bedah :
·
Atroplasti.
·
Prosedur pelepasan tunnel, perbaikan tendon,ganglionektomi.
·
Implan sendi.
|
12. Intervensi bedah
:
·
Perbaikan pada kelemahan periartikuler dan subluksasi dapat meningkatkan
stailitas sendi.
·
Perbaikan berkenaan dengan defek jaringan penyambung, dan mobilitas.
·
Pergantian mungkin diperlikan untuk memperbaiki fungsi optimal dan mobilitas.
|
Diagnosa
Keperawatan III : Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemapuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi
atau ketidakseimbangan mobilitas.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
1.
Dorongn klien mengungkapakan perasaannya melalui proses penyakit dan harapan
masa depan.
|
1.
Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut / kesalahan konsep
dan mampu menghadapi masalah secara langsung.
|
2.
Diskusikan arti dari kehilangan / perubahan pada klien / orang
terdekat. Pastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam berfungsi
dalam gaya hidup sehari – hari, termasuk aspek –aspek seksual.
|
2.
Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi / konseling
lebih lanjut.
|
3.
Diskusikan persepsi klien ,mengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan klien.
|
3.
Isyarat verbal / nonverbal orang terdekat dapat memengaruhi bagaimana klien
memandang dirinya sendiri.
|
4.
Akui dan menerima perasaan berduka, bermusuhan, serta ketergantungan.
|
4.
Nyeri konstan akan melelahkan, perasaan marah, dan bermusuhan umum terjadi.
|
5.
Obesrvasi perilaku klien terhadap kemungkinan menarik diri, menyangkal atau
terlalu memperhatikan perubahan tubuh.
|
5.
Dapat menujukkan emosional atau metode koping maladatif, membutuhkan
intervensi lebih lanjjut / dukungan psikologis.
|
6.
Susun batasan pada perilaku maladatif. Bantu klien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu mekanisme koping yang adaptif.
|
6.
Membantu klien untuk mempertahankankontrol diri, yang dapat meningkatkan
perasaan harga diri.
|
7.
Ikut sertakan klien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
akitvitas.
|
7.
Meningkatkan perasaan kompetensi/ harga diei, mendorong kemandirian,
dan mendorong partisipasi dalam terapi.
|
8.
Bantu kebutuhan perawat yang diperlukan klie.
|
8.
Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.
|
9.
Berikan respon/ pujian positif bila perlu.
|
9.
Memungkinkan klien untu merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan
prilaku positif, dan meningkatkan rasa percaya diri.
|
Kaloborasi :
10.
Rujuk pada konseling psikiatri, mis perawat spesialis psikiatri, psikiatri/
psikolog,pekerjaan sosial.
|
10.
Klien/ orang terdekat mungkin mebutuhkan dukungan selama berhadapan dengan
proses jangka panjang/ ketidakmampuan.
|
11.
Berikan obat – obatan sesuai petunjuk, mis antiasietas dan obat – obatan
eningkatan alam perasaan
|
11.
Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai klien mampu
mengembangkan kemampuan koping yang lebih efektif.
|
Diagnosa
Keperawatan IV : kurang keperawatan diri b.d krusakan muskloskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
1. Diskusikan dengan
klien tingkat fungsional umum sebelum timbulnya/ eksaserbasi penyakit dan
risiko perubahan yang diantisipasi.
|
1. Klien mungkin
dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan
pada keterbatasan saat ini.
|
2. Pertahan kan
mobilitas, kontrol terhadap nyeri, dan program latihan.
|
2. Mendukung
kemandirian fisik/ emosional klien.
|
3. Kaji hambatan
kliendalam partisipasi perawatan diri. Identifikasi/ buat rencana untuk
modifikasi lingkungan.
|
3. Menyiapkan klien
untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
|
Kalaborasi :
4. Konsultasi dengan
ahli terapi okupasi.
|
4. Berguna dalam
menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individu, misal memasang
kancing, menggunakan alat bantu, memakai sepatu , atau menggantungkan
pegangan untuk mandi pancuran.
|
5. Mengatur evaluasi
kesehatan di rumah sebelum dan setelah pemulang.
|
5. Mengidentifikasi
masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat ketidakmampuan aktual.
Memberikan lebih banyak keberhasilan usaha tim dengan orang lai yang ikut
serta dalam perawatan, misaltim terapi okupasi.
|
6. Membuat jadwal konsul
dengan lembaga lainnya, misal pelayanan perawatan di rumah, ahli nut
|
6. Klien mungkin
membutuhkan berbagi bantuan tambahan untuk partisipasi situasi di rumah.
|
Diagnosa
keperawtan V : Risiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
b . d proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak
adekuat.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
1. Kaji tingkat
fungsional fisik klien.
|
1.Mengidentifikasi
tingkat bantuan/ dukungan yang diperlukan klien.
|
2. Evaluasi
lingkungan sekitar untuk mengkaji kemampuan klien dalam melakukan perawatan
diri sendiri.
|
2. menentukan
kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi
kebutuhan klien.
|
3. Tentukan sumber
–sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi
sistem pedukung yang tersedia untuk klien, misalnya membagi perbaikan/
tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga atau pelayanan.
|
3. Menjamin bahwa
kebutuhan klien akan dipenuhi secara terus – menerus.
|
4. Identifikasi
peralatan yang diperlukan untuk mendukung aktivitas klien, misalnya
peninggian dudukan toilet, kursi roda.
|
4. Memberikan
kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang untuk menunjang
aktivitas klien di rumah.
|
Kolaborasi :
5. Koordinasi
evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi.
|
5. Bermanfaat untuk
mengidentifikasi peralatan, cara- cara untuk mengubah berbagai tugas dalam
mempertahankan kemandirian.
|
6. Identifikasi
sumber – sumber komunitas, misal pelayanan pembatu rumah tangga, pelayan
sosial ( bila ada).
|
6. Memberkan
kemudahan berpindah pada/ mendukung kontinuitas dalam situasi rumah.
|
Diagnosa
keperawatan VI : kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai panyakit, prognosis,
dan penobatan b . d kurang pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.
Tindakan
|
Rasional
|
Mandiri :
1. Tinjau proses
penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
|
1. Memberikan
pengetahuan di mana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi yang disampaikan.
|
2. Diskusikan
kebiasaan klien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan,
serta program diet seimbang, latihan, dan istirahat.
|
2. Tujuan kontrol
penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendi/ jaringan lain guna
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.
|
3. Bantu klien dalam
merencanakan jadwal aktivitas terintegrasiyang realitis,
periodeistirahat,perawatan diri, pemberian obat -obatan,terapi fisik,dan
manajemen stres.
|
3. Memberikan
struktur dan mengurangi ansietas pada wakru menangani proses penyakit kronis
yang kompleks.
|
4. Tekankan
pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
|
4. Keuntungan dari
terapi obat –obatan tergantung ketepatan dosis, misal aspirin harus diberikan
secara reguleruntuk mendukung kadar terapeutik darah 18- 25 mg.
|
5. Rekomendasikan
pengunaan aspirin bersalut/ dibuper enterik atau salisilat nonasetil, misal
kolin magnesium trisalisilat
|
5. Preparat bersalut/
dibuper dicerna dengan makanan, meminmimalkan iritasi gaster, mengurangi
risiko perdarahan. Produk nonastil sedikit dibutuhkan untuk mengurangi
iritasi lambung.
|
6. Anjurkan kliean
untuk mencerna obat-obatan dengan makanan,susu atau antasida.
|
6. Membatasi iritasi
gaster. Penggurangan nyeri akan meningkatkan kualitas tidur san meningkatkan
kadar darah serta mengurangi kekuatan di pagi hari.
|
7. Identifikasi efek
samping oabt-obatan yang merugkan, misal tinitus, intoleransi lambung,
perdaraha gastrointestinal, dan ruam purpurik.
|
7. Memperpanjang dan
memaksimalakan dosis aspirrin dapat mengakibatkan takar lajak ( overdosis).
Tinitus umumnya mengidentifikan kadar terapeutik darah yang tinggi. Jika
terjadi tinitus, dosis umumnya diturunkan menjadi satu tablet setiap tiga
hari sampai berhenti.
|
8. Tekankan
pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat yang dijual
bebas tanpa prsetujuan dokter.
|
8. Banyak produk
mengandung salisilat tersembunyi.(misal obat diare, pilek)yang dapat
meningkatkan risiko overdosis obat / efek samping yang bebahaya.
|
9. Tinjuan pentingnya
diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein,
dan zat besi.
|
9. Meningkatkan
perasaan sehat umum dan perbaikan regenerasi sel.
|
10. Dorong klien yang
obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunaan
berat badan sesuai kebutuhan.
|
10. Penurunan berat
badan akan mengurangi tekananan sendi, terutama pinggul, lutut,pergelanagan
kaki,dan telapak kaki.
|
11. Berikan
informaasi mengenai alat bantu, missal bermain barang-barang yang bergerak,
tongkat untuk mengambil, piring-piring ringan, tempat duduk toilet yang dapat
dinaikkan, palang keamanan.
|
11. Mengurangin
paksaan untuk menggunakan sendi dan meungkinkan individu untuk serta secara
lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.
|
12. Diskusikan teknik
menghemat energy, missal duduk lebih baik daripada berdiri dalam menyiapkan
makanan dan mandi.
|
12. Mencegah
kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.
|
13. Dorong klien
untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar, baik saat istirahat maupun saat
aktivitas, misal menjaga sendi tetap meregang tidak fleksi.
|
13. mekanika tubuh
yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup lklien untuk mengurang tekanan
sendi dan nyeri.
|
14. Tinjau perlunya
infeksi sering pada kulit lainnya dibawah bebet, gips, alat penyokong.
Tunjukan pemberian bantalan yang tepat.
|
14.Mengurangi resiko
iritasi / kerusakan kulit.
|
15. Diskusikan
pentingnya obat- obatan lanjutan/pemeriksaan laboratorium, misal LED, kadar
salisilat, PT.
|
15.Terapi obat –
obatan membutuhkan pengkajian / perbaikan yang terus- menerus untuk menjamin
efek optimal dan mencegah overdosis, serta efek samping yang berbahay, misal
aspirin memperpanjang PT, peningkatan risiko perdarahan. Krisoterapi akan
menekan trombosit, potensi risiko untuk trombositopenia.
|
16. Berikan konseling
seksual sesuai kebutuhan.
|
16. Informasi
mengenai posisi-posisi yang berbeda dan teknik dan / pilihan lain untuk
pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga
diri / percaya diri.
|
17. Identifikasi
sumber-sumber komunikasi, misal yayasan artritis (bila ada).
|
17. bantuan /
dukungan dari orang lain dapat meningkatkan pemulihan maksimal.
|
E. Evaluasi
Hasil
asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Terpenuhunya penuruna dan peningkatan
adaptasi nyeri.
2. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah
terjadinya deformitas.
3. Tercapainya peningkatan fungsi anggota
gerak yang terganggu.
4. Tercapainya pemenuhan perawatan diri.
5. Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan
rumah dan mencegah penyakit degeneratif jangka panjang.
6. Terpenuhinya pendidikan dan latihan
dalam rehabilitasi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Arthritis
rheumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronis yang menyerang beberapa sistem organ, dan paling
sering ditemukan di sendi. Penyebab Artritis reumatoid masih belum diketahui
secara pasti walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah
terungkap. Penyakit Artritis reumatoid belum dapat dipastikan mempunyai
hubungan dengan factor genetik . namun, berbagai faktor (termasuk kecenderungan
genetik) bisa mempengaruhi reaksi antoimun. Faktor – faktor yang berperan
antara lain adalah jenis kelamin, infeksi, keturunan dan lingkungan. Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam
timbulnya penyakit Artritis reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan,
lingkungan, dan infeksi.
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan individualisasi
perawatan yang perawat berikan. Proses-proses keperawatan yang dilakukan
menunjukan pentingnya peranan perawat dalam proses pengobatan dan penyembuhan
pasien. Intervensi yangdiberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan
diagnosakeperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Artritis Reumatoid yang telah dibuatmenunjukan dan menjelaskan cara
pembuatan asuhan keperawatan yangbenar dalam bentuk teori dan penangganan
langsung kepada pasien.Penanganan langung dan kerjasama yang baik dengan
keluarga pasien danpasien itu sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan
dilakukan.Pemahaman yang benar tentang penyakit ini dapat mempermudah dalam pembuatan
Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan Askep dapat meningkat
keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri. Askep yang akurat juga
dapat membantu dalam memenuhi syarat akreditasi asuhan keperawatan.
B.
SARAN
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses
keperawatan/asuhan keperawatan khusunya tentang asuhan keperawatanpada pasien
bronkitis, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaranpada mata kuliah
PKKDM II serta menjadi pedoman dan bahanpembelajaran dalam melaksanakan
profesi kita sebagai perawat nantinya.Oleh karena itu dengan adanya bahan
materi ini diharapakan kita sebagaimahasiswa mampu mengetahui definisi
penyakit artritis reumatoid,etiologinya, anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan
patoflow artritisreumatoid, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi
penyakit,komplikasi dari penyakit artritis reumatoid, prognosis dan
pencegahanyang dapat dilakukan dalam proses keperawatan, dapat mengidentifikasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
2. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.
3. Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
4. Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
5. Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Cet.
1.
Jakarta : EGC.
6. Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ; Cet.
CONTOH KASUS
Tuan x umur 47 tahun datang kerumah
sakit umum dimedan dengan keluhan nyeri kaki dan kuku dibagian sendi jari-jari
tangan dan pergelanggan tangan serasa seperti di tusuk-tusuk, sulit digerakan,
kurang nafsu makan mualdan muntah, sering bangun di malam hari, gelisan, dan
susah bergerak. dari pemeriksaaan fisik di dapatkan TD 90/70 mmhg, nadi 60x/m,
pernapasan 18x/m dan temperatur 370C
dengan skala nyeri 7. dan dari pemeriksaan diaknostik didapat pembengkakan,
erosi sendi, dan sublukasio.(sinar X) dan ESR:meningkat, FR:>80, JDL:anemi
sedang, LED: 85 mm/h.
PENGKAJIAN
DS:
·
Pasien
mengatakan nyeri dan kaku pada sendi-sendi jari- jari tangan rasa seperti
ditusuk-tusuk.
·
Pasien
mengatakan seringterbangun di malam hari.
·
Pasien
merasa tidak nyaman
·
Pasien
mengatakan susah bergerak
DO:
·
Pasien
kelihatan kelelahan.
·
Pasien
kelihatan meringis.
·
KU:
Lemah
·
TTV:
·
Suhu
tubuh : 37 C
·
Denyut
Nadi : 60 kali /menit
·
Pernafasan
: 18 kali /menit
·
Tekanan
Darah : 90/70mmHg
·
Edema
pada sendi digitimanus, warna kemerahan.
·
Skala
nyeri 7
·
Pasien
terlihat gelisah
·
Pasien
terlihat membatasi aktivitasnya
·
Pemeriksaan
diagnostik:-
o ESR: meningkat-
o FR:>1:80Positif(80%)-
o JDL : Anemia sedang-
o LED: 85 mm/h
ANALISA
DATA
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
DS:
·
Pasien
mengatakan nyeri dan kaku pada sendi-sendi jari- jari tangan rasa
seperti ditusuk-tusuk.
·
Pasien
mengatakan seringterbangun di malam hari.
·
Pasien merasa
tidak nyaman
DO:
·
Pasien
kelihatan kelelahan.
·
Pasien
kelihatan meringis.
·
KU: Lemah
·
TTV:
·
Suhu tubuh :
37 C
·
Denyut Nadi :
60 kali /menit
·
Pernafasan :
18 kali /menit
·
Tekanan Darah
: 90/70mmHg
·
Edema pada
sendi digitimanus, warna kemerahan.
·
Skala nyeri 7
·
Pasien
terlihat gelisah
·
Pasien
terlihat membatasi aktivitasnya
·
Pemeriksaan
diagnostik:-
o
ESR:
meningkat-
o
FR:>1:80Positif(80%)-
o
JDL : Anemia
sedang-
o
LED: 85 mm/h
|
Faktor Pencetus
¯
Inflamasi Kronis Pada Tendon,
Ligamen juga terjadi deruksi jaringan
¯
Fagositosis ektensif
¯
Panus
¯
Kartilago dirusak
¯
Nekrosis Sel
¯
Erosi sendi danTulang
¯
Nyeri
|
Nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi dan destruksi sendi
|
DS:
·
Pasien merasa
tidak nyaman
·
Pasien
mengatakan susah bergerak
DO:
·
Pasien merasa
tidak nyaman
·
Pasien
mengatakan susah bergerak
·
KU: Lemah
·
TTV:
·
Suhu tubuh :
37 C
·
Denyut Nadi :
60 kali /menit
·
Pernafasan :
18 kali /menit
·
Tekanan Darah
: 90/70mmHg
·
Edema pada
sendi digitimanus, warna kemerahan.
·
Skala nyeri 7
·
Pasien
terlihat gelisah
·
Pasien
terlihat membatasi aktivitasnya
·
Pemeriksaan
diagnostik:-
o
ESR:
meningkat-
o
FR:>1:80Positif(80%)-
o
JDL : Anemia
sedang-
o
LED: 85 mm/h
|
Factor pencetus
¯
Inflamasikronis pada tendon,ligament
juga terjadi deruksi jaringan
¯
Akumulasi sel darah putih
¯
Terbentuk nodul rematoroid
ekstrasinovium
¯
Kerusakan sndi progesif
¯
Deformitas sendi
¯
Kerusakan mobilitas fisik
|
Kerusakan
mobilitas berhubungan dengan deformitas skeletal
|
DS:
·
Pasien
mengatakan tangannya sulit bergerak dan kaku
·
Aktifitas
normal dibantu orang lain
DO:
·
Pasien merasa
tidak nyaman
·
Pasien
mengatakan susah bergerak
·
KU: Lemah
·
TTV:
·
Suhu tubuh :
37 C
·
Denyut Nadi :
60 kali /menit
·
Pernafasan :
18 kali /menit
·
Tekanan Darah
: 90/70mmHg
·
Edema pada
sendi digitimanus, warna kemerahan.
·
Skala nyeri 7
·
Pasien
terlihat gelisah
·
Pasien
terlihat membatasi aktivitasnya
·
Pemeriksaan
diagnostik:-
o
ESR:
meningkat-
o
FR:>1:80Positif(80%)-
o
JDL : Anemia
sedang-
o
LED: 85 mm/h
|
Factor pencetus
¯
Inflamasi kronis pada tendon, ligament
juga terjadi deruksi jaringan
¯
Pembentukan jaringan parut
¯
Kekauan sendi
¯
Rentang gerak berkurang
¯
Atrofi otot
¯
Gangguan citra tubuh
|
Ganggua cira tubuh berhubungan dengan
perubahan penampialan dan kemampuan untuk melakukan tugas umum
|
DIAGNOSE
KEPERAWATAN
1. Kerusakan mobilitas berhubungan dengan
deformitas skeletal d/d Ds dan Do
2. Nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi dan destruksi sendi d/d Ds dan Do
3. Ganggua cira tubuh berhubungan dengan
perubahan penampialan dan kemampuan untuk melakukan tugas umum d/d Ds dan Do
DIGNOSA
PRIORITAS
1. Nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi dan destruksi sendi d/d Ds dan Do
2. Kerusakan mobilitas berhubungan dengan
deformitas skeletal d/d Ds dan Do
Ganggua cira tubuh
berhubungan dengan perubahan penampialan dan kemampuan untuk melakukan tugas
umum d/d Ds dan Do
ASUHAN KEPERAWATAN
NO
|
DX
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
WAKTU
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
Nyeri
berhubungan dengan proses inflamasi dan destruksi sendi d/d Ds dan Do
|
Mandiri:
-Selidiki
keluhan nyeri,catatlokasi dan intensitas(skala0-10).
-Berikan
matras/kasarkeras,bantal kecil.Tinggikanlinen tempat tidur sesuaikebutuhan
-Biarkan
pasien mengambilposisi yang nyaman padawaktu tidur atau duduk
dikursi.Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
-tempatkan
/pantau penggunaan bantal
-dorong
untuk sering mengubah posisi
-anjurkan
untuk mandi air hangat
Kolaborasi:
-Berikan
obat-obat sesuai petunjuk seperti:
Asetilsalisilat(aspirin),D-penisilamin(Cuprimine),Antasida
|
-Membantu
dalammenentukan kebutuhanmenejemen nyeri danefektifitas program.
-Matras
yanglembut/empuk.bantal yangkeras akan mencegahpemeliharaan kesejajarantubuh
yangtepat,menempatkan strespada sendi yangsakit.Peninggian linentempat
tidur menurunkantekanan pada sendi yangterinflamasi/nyeri.
-Pada
penyakitberat/eksaserbasi,tirahbaring mungkin diperlukan(sampai perbaikan
objektif didapat) untuk membatasi nyeri cidera sendi
-mengistirahatkan
sendi yang sakitdan mempertahankan posisi netral.
-mencegah
terjadinya kelehan umum dan kekakuan sendi
Meningkatkan
relaksasi otot dan mobilitas.
Men urunkan
nyeri
|
08.00
08:15
08.15
08.18
08.25
08:35
09:00
|
-Menyelidiki
keluhan nyeri,catatlokasi dan intensitas(skala 0-10).
-Memberikan
matras/kasarkeras, bantal kecil.Tinggikan linen tempat tidur sesuaikebutuhan
-Membiarkan
pasien mengambilposisi yang nyaman padawaktu tidur atau duduk
dikursi.Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
-Menempatkan
/memantau penggunaan bantal
-Mendorong
untuk sering mengubah posisi
-menganjurkan
untuk mandi air hangat
Memberikan
obat-obat sesuai petunjuk seperti:
Asetilsalisilat(aspirin),D-penisilamin(Cuprimine),Antasida
|
S: pasian mengatakan nyeri dan kaku
berkurang
O: normal
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
|
2
|
DX:
Kerusakan
mobilitas berhubungan dengan deformitas skeletal d/d Ds dan Do
|
-Pertahankan
istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.Jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari tidak
terganggu.
-Bantu
dengan rentanggerak aktif/pasif,demikian juga latihan resistif
danisometrik jika memungkinkan
-ubah posisi pasien sesering mungkin
-anjurkan penggunakan bantal tipis
dibawah leher
-dorong pasien mempertahankan posur
tegak dan duduk
-Berikan lingkungan yang aman
Kolaborasi
-berikan matras / busa pengubah
tekanan
Berikan obat sesuai indikasi
Agen antireumetik
Steroid
|
-Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi
akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan,mempertahankan
kekuatan.
-Mempertahankan/meningk atkan
fungsi sendi,kekuatanotot,dan staminaumum.Catatan: latihantidak adekuat
menimbulkan
-Menghilangkan tekanan tekanan pada
jaringan dan meningkatkan sirkulasi
-Mencegah fleksi leher
-Memaksimalkan fungsi sendi
-Mencegah cidera akibat kecelakaan /
jatuh
-Menurunkan tekanan imobilitas
-Untuk mengatasi reumatik
-Unuk menekan inflamasi sistemik akut
|
08.15
08.30
08.35
08.46
08.50
08.55
09.10
10.00
|
-mempertahankan
istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.Jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari tidak
terganggu.
-membantu
dengan rentanggerak aktif/pasif,demikian juga latihan resistif danisometrik
jika memungkinkan
-mengubah posisi pasien sesering mungkin
-menganjurkkan penggunakan bantal
tipis dibawah leher
-mendorong pasien mempertahankan posur
tegak dan duduk
-memberikan lingkungan yang aman
Kolaborasi
-memberikan matras / busa pengubah
tekanan
-memberikan obat sesuai indikasi
Agen antireumetik
Steroid
|
S:
pasien mengatakan nyeri berkurang,
Sudah bias istirahat,
Dan sudah merasa nyaman
O:
normal
A:
masalah teratasi
P;
intervensi dihentikan
|
3
|
Ganggua
cira tubuh berhubungan dengan perubahan penampialan dan kemampuan untuk
melakukan tugas umum d/d Ds dan Do
|
Mandiri:
-Dorong
pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
-Diskusikan
arti dari kehilangan/perubahan pada pasien atau orang terdekat.Memastikan bagaimana
pandangan pribadi pasien dalam menfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek
seksual.
-Diskusikan
persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
-Perhatikan
perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
perubahan tubuh
Kolaborasi
-Rujuk
pada konseling psikiater
|
membantu
pasien untuk mengontrol rasa takut secara langsung
Membantu
pasien untuk mengtahui persepsi diri trhadap orang lain dan kehidupannya
Membantu
pasin untuk memahami pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri
Membantu pasien untuk memahami dirinya
sendiri
Membantu
memberikan dukungan terhadap pasien /orang terdekat untuk proses jangka
panjang
|
10:25
10:40
10:45
11:30
13:00
|
-mendorong
pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
-mendiskusikan
arti dari kehilangan/perubahan pada pasien atau orang terdekat.Memastikan bagaimana
pandangan pribadi pasien dalam menfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek
seksual.
-Diskusikan
persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
-Perhatikan
perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
perubahan tubuh
Kolaborasi
-Rujuk
pada konseling psikiater
|
S:
Pasien
memahami kondisi yang di alaminya
O:
Pemahaman
pasien kembali normal
A:
Masalah
teratasi
P:
Intervensi
dihentikan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar