BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik di
dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya melibatkan
tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama
yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup
untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah penderita yang
memerlukan pertolongan segera karena berada dalam keadaan yang mengancam nyawa,
sehingga memerlukan suatu pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah
kematian maupun kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban
harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat,
tidak gawat tidak darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera dimana
pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan hemodinamik adalah
trauma abdomen di mana secara anatomi organ-organ yang berada di rongga abdomen
adalah organ-organ pencernaan. Selain trauma abdomen kasus-kasus
kegawatdaruratan pada system pencernaan salah satunya perdarahan saluran cerna
baik saluran cerna bagian atas ataupun saluran cerna bagian bawah bila hal ini
dibiarkan tentu akan berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa
menimbulkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan
kegawatdaruratan pada system pencernaan secara cepat, cermat dan tepat sehingga
hal-hal tersebut dapat kita hindari.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun.Mortalitas biasanya
lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.Walaupun tehnik
diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma
tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik.
Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen
dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam.Pada trauma tumpul dengan
velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu
organ.Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan
organ multipel.
Perforasi adalah kemungkinan yang bisa terjadi pada trauma abdomen.Gejala
perangsangan peritonium yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau
mikroorganisme.Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka
terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala
peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti kolon,
mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk
berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbul gejala-gejala akut abdomen karena
perangsangan peritoneum. Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya
adalah faeses, maka jika kolon terluka dan mengalami perforasi perlu segera
dilakukan pembedahan. Jika tidak segera dilakukan pembedahan, peritonium akan
terkontaminasi oleh bakteri dan faeses. Hal ini dapat menimbulkan peritonitis
yang berakibat lebih berat.
B. Tujuan
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Trauma
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR TRAUMA ABDOMEN
A. PENGERTIAN
Trauma adalah
cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma adalah
luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional
yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah
penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.Penyalahgunaan
alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma
abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka
pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut
dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
1. Trauma
tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan
oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma
tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan,
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) (FKUI, 1995).
C. PATOFISIOLOGI
Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan,
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- :
1. Trauma
tumpul abdomen
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut.
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri
e. Iritasi cairan usus
2.Trauma
tembus abdomen
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
Ø 1 & 2 menyebabkan :
ü Kerusakan integritas kulit
ü Syok dan perdarahan
ü Kerusakan pertukaran gas
ü Risiko tinggi terhadap infeksi
ü Nyeri akut (FKUI, 1995).
D. TANDA DAN GEJALA
1. Trauma
tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium):
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
2. Trauma
tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut.
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan
kekakuan (rigidity) dinding perut.
e. Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).
E. KOMPLIKASI
a. Segera : hemoragi, syok, dan cedera.
b. Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan
kelainan pada usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung
; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
b. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit
dan analisis urine.
c. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan
laparatomi.
d. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada
kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.
e. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada
trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau
trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan
dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding
perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan
menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
f. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan
rongga perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang
dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.
2. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan
mencegah aspirasi.
3. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung
kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
4. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan
trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak
terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli,
rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas
dalam rongga perut) (FKUI, 1995).
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam
proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994).
Pengkajian
pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi :
1. Trauma
Tembus abdomen
Ø Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan
tusukan/tembakan ; kekuatan tumpul (pukulan).
Ø Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya :
cedera tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.
Ø Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat
data dasar sehingga perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah tanda
awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi peritonium, biasanya
dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen).
Ø Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen,
gerakkan melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan
bising usus, hipotensi dan syok.
Ø Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera
intra-abdomen, observasi cedera yang berkaitan.
Ø Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan
pasien.
2. Trauma
tumpul abdomen
Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering
tidak bisa didapatkan, tidak akurat, atau salah). dapatkan semua data yang
mungkin tentang hal-hal sebagai berikut :
Ø Metode cedera.
Ø Waktu awitan gejala.
Ø Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas
(sopir sering menderita ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan
digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.
Ø Waktu makan atau minum terakhir.
Ø Kecenderungan perdarahan.
Ø Penyakit danmedikasi terbaru.
Ø Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
Ø Alergi.
Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh
pasienuntuk mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan.
B. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan
napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasi.
2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan
; gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar
dan menimbulkan hemoragi masif.
a. Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan
pernapasan serta sistem saraf.
b. Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah
sinar x leher didapatkan.
c. Gunting baju dari luka.
d. Hitung jumlah luka.
e. Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering
menyertai cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.
4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah
sampai pembedahan dilakukan.
a. Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal
dan bendungan luka dada.
b. Pasang kateter IV diameter besar untuk
penggantian cairan cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
c. Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal
terjadi terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan
internal.
d. Dokter dapat melakukan parasentesis untuk
mengidentifikasi tempat perdarahan.
5. spirasi lambung dengan selang nasogastrik.
Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap
rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan
steril, balutan salin basah untuk mencegah nkekeringan visera.
a. Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah
protusi lanjut.
b. Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah
meningkatnya peristaltik dan muntah.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan
kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang
tanda vital, haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila
diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.
9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase
peritonium ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
10. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah
terdapat penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.
a. Jahitan dilakukan disekeliling luka.
b. Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.
c. Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar
x menunjukkan apakah penetrasi peritonium telah dilakukan.
11. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
12. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah
infeksi. trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier
mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver
diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).
13. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat
bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma,
eviserasi, atau hematuria.
C. PENATALAKSANAAN DIRUANG PERAWATAN LANJUTAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa
keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006) adalah :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
cedera tusuk.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan gangguan integritas kulit.
3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas
jaringan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan umum.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/tahanan.
D. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah
penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994).
Implementasi
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi
dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan trauma abdomen
(Wilkinson, 2006) meliputi :
1. Kerusakan integritas kulit adalah keadaan kulit
seseorang yang mengalami perubahan secara tidak diinginkan.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu
yang sesuai.
Kriteria Hasil :
·
tidak ada
tanda-tanda infeksi seperti pus.
·
luka bersih
tidak lembab dan tidak kotor.
·
Tanda-tanda
vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi
dan Implementasi :
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap
perkembangan luka.
·
mengetahui
sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah
dan tipe cairan luka.
·
mengidentifikasi
tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
c. Pantau peningkatan suhu tubuh.
·
suhu tubuh
yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik.
Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
·
tehnik
aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan
lanjutan, misalnya debridement.
·
agar benda
asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal
lainnya.
f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai
kebutuhan.
·
balutan dapat
diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka,
agar tidak terjadi infeksi.
g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
·
antibiotik
berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko
terjadi infeksi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang
tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Tujuan :
infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria
hasil :
·
tidak ada
tanda-tanda infeksi seperti pus.
·
luka bersih
tidak lembab dan tidak kotor.
·
Tanda-tanda
vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi
dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital.
·
mengidentifikasi
tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.
b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
·
mengendalikan
penyebaran mikroorganisme patogen.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif
seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
·
untuk
mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk
pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
·
penurunan Hb
dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya
proses infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
·
antibiotik
mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
3. Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang
tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan aktual atau
potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan ; awitan yang tiba-tiba
atau perlahan dari intensitas ringan samapai berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
Tujuan :
nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria
Hasil :
·
Nyeri berkurang
atau hilang
·
Klien tampak
tenang.
Intervensi
dan Implementasi :
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
·
hubungan yang
baik membuat klien dan keluarga kooperatif
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
·
tingkat
intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
·
memberikan
penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri
d. Observasi tanda-tanda vital.
·
untuk
mengetahui perkembangan klien
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian analgesik
·
merupakan
tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi
nyeri.
4. Intoleransi aktivitas adalah suatu keadaaan
seorang individu yang tidak cukup mempunyai energi fisiologis atau psikologis
untuk bertahan atau memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari yang
diinginkan.
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk
beraktivitas.
Kriteria hasil :
·
perilaku
menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
·
pasien
mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
·
Koordinasi
otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi
dan Implementasi :
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.
·
mengurangi
aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk
aktivitas seperlunya secar optimal.
b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
·
tahapan-tahapan
yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat
tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai
kebutuhan.
·
mengurangi
pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons
pasien.
·
menjaga
kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
5. Hambatan mobilitas fisik adalah suatu
keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik yang bermanfaat dari tubuh
atau satu ekstremitas atau lebih.
Tujuan :
pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
·
penampilan
yang seimbang..
·
melakukan
pergerakkan dan perpindahan.
·
mempertahankan
mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan
·
karakteristik
:
0 = mandiri
penuh
1 =
memerlukan alat Bantu.
2 =
memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 = membutuhkan
bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 =
ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi
dan Implementasi :
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan
kebutuhan akan peralatan.
·
mengidentifikasi
masalah, memudahkan intervensi.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan
aktivitas.
·
mempengaruhi
penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah
ketidakmauan.
c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan
alat bantu.
·
menilai
batasan kemampuan aktivitas optimal.
d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM
aktif dan pasif.
·
mempertahankan
/meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau
okupasi.
·
sebagai
suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan
mobilitas pasien.
E. EVALUASI
Evaluasi
addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada
pasien dengan trauma abdomen adalah :
1. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang
sesuai.
2. Infeksi tidak terjadi / terkontrol.
3. Nyeri dapat berkurang atau hilang.
4. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas
optimal.
KASUS
Seorang pasien laki-laki (35) dibawa
ke RS SARI MUTIARA MEDAN dengan luka
tusuk di bagian perut sebelah kiri kuadran bawah.Pasien kelihatan meringis
kesakitan dan kelihatan pucat. Berdasarkan hasil komunikasi dengan keluarga,
pasien mengalami luka tusuk karena ditusuk salah seorang orang yang tak dikenal
yang mencoba merampok pasien di tepi jalan saat pulang kantor. Pasien mengatakan susah bergerak dan merasa nyeri dibagian luka
tusuk, nyeri tekan dan tercium bau dibagian luka serta susah istrahat/tidur
karena nyeri. Hasil TTV, TD 100/70 MmHg, dalamnya luka sekitar 3 Cm dan edema,
skala nyeri 7, RR 20 X/I, HR 70 X/i.
KLASIFIKASI DATA
Ø Data Objektif :
·
Pasien mengatakan ditusuk oleh
orang tak dikenal dibagian perut
·
Susah bergerak
·
Merasa nyeri dibagian tusukan
·
Susah istrahat/tidur
·
Nyeri tekan
·
Tercium bau dibagian luka
Ø DataSubjektif :
·
TD : 100/70 MmHg
·
Luas luka 2 C m dan Kedalaman 3
Cm
·
Skala nyeri 7
·
RR : 20 X/i
·
HR : 70 X/i
·
Edema
·
Jarang melakukan gerakan
TABEL ANALISA DATA
No
|
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
1
|
DS:
keluarga mengatakan pasien ditusuk dibagian perut oleh orang tak dikenal
DO:
luas luka 2 Cm dan kedalaman 3 Cm
|
Edema dibagian abdomen
|
Gangguan kerusakan integritas kulit
|
2
|
DS:
pasien merasa kesakitan akibat luka tusuk tersebut
DO
: skala nyeri 7
|
Inflamasi akibat Luka tusuk
|
Gangguan rasa nyeri
|
3
|
DS:
pasien susah bergerak dan merasa sakit jika bergerak
DO: pasien jarang bergerak |
Luka tusuk dibagian abdomen
|
Gangguan mobilitas
|
4
|
Ds
: pasien mengatakan susah tidur karena nyeri
DO
: skla nyeri 7
|
nyeri
|
Gangguan pola tidur
|
5
|
DS
: pasien mengatakan nyeri tekan
dibagian luka dan tercium bau dibagian luka
DO
: edema dibagian luka
|
Luka tusuk
|
Resiko infeksi
|
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
dibagian abdomen(luka tusuk) ditandai dengan luka tusuk dibagian abdomen klien
dengan luas 2 Cm dan kedalaman 3 Cm
2. Resiko infeksi berhub ungan dengan luka tusuk ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri tekan dan tercium bau dibagian luka
3. Gangguan rasa nyeri
berhubungan dengan inflamasi akibat luka tusuk ditandai dengan pasien merasa kesakitan karena nyeri dan
skala nyeri 7
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai pasien mengatakan
susah tidur karena nyeri dan skala nyeri 7
5. Gangguan mobilitas berhubungan dengan luka tusuk dibagian abdomen
ditandai dengan pasien mengatakan susah bergerak karena merasa sakit jika
bergerak
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN LUKA TUSUK DIBAGIAN ABDOMEN
05 APRIL 2013
No
|
Dx Kep
|
Tujuan/Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
|
Gangguan
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dibagian abdomen(luka
tusuk) ditandai dengan luka tusuk dibagian abdomen klien dengan luas 2 Cm dan
kedalaman 3 Cm
|
Tujuan:
Mencapai
kesembuhan luka pada waktu yang sesuai
KH:
ü
tidak ada
tanda-tanda infeksi
ü
luka bersih, tidak edema
|
1.Kaji kulit
dan identifikasi pada tahap perkembangan luka
2.Kaji
lokasi,ukuran, warna, bau serta jumlah dan tipe cairan luka
3.Pantau
peningkatan suhu tubuh
4.Berikan
perawatan luka dengan teknik aseptic. Balut luka dengan kasa kering steril
5.Jika
pemulihan tidak terjadi, kolaborasi tindakan lanjutan , misalnya debridement
|
1.Mengetahui
sejauh mana perkembangan luka dan mempermudah dalam melakukan tindakan yang
tepat
2.Mengidentifikasi
tingkat keparahan luka akan
mempermudah intervensi
3.Suhu tubuh
yang meningkat dapat diidentifikasi sebagai adanya proses peradangan
4.Teknik
aseptic membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi
5.Agar benda
asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya
|
Jam08.00
1.Melakukan
pengkajian pada kulit.
Jam 08.05
2.Mengkaji
lokasi,ukuran,warna,bau serta jumlah dan tipe cairan luka.
Jam 08.10
3.Memantau
peningkatan suhu tubuh.
Jam 08.20
4.Melakukan
perawatan luka dengan dengan teknik aseptic.
Jam 08.20
5.melakukan
kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat,seperti debridement
|
Jam 15.00
S: Edema berkurang
O: Luas luka
semakin mengecil
A:Masalah
belum teratasi
P:Intervensi
dilanjutkan
|
2
|
Resiko
infeksi berhub ungan dengan luka tusuk ditandai dengan pasien mengatakan nyeri
tekan dan tercium bau dibagian luka
|
Tujuan:
Infeksi
tidak terjadi atau terkontrol
KH:
ü
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus
ü
luka bersih tidak lembab
ü
tanda tanda vital dapat ditoleransi
|
1.Pantau
tanda-tanda vital
2.Lakukan
perawatan luka dengan teknik aseptic
3.Lakukan
perawatan tentang prosedur invasif
|
1.Mengidentifikasi
tanda-tanda peradangan
2.Mengendalikan
penyebaran mikroorganisme pathogen
3.Untuk
mengurangi resiko infeksi nasokomial
|
Jam 10.00
1.Memantau
tanda-tanda peradangan.
Jam 10.05
2.Melakukan
perawatan luka dengan teknik aseptic.
Jam 10.20
3.Melakukan
perawatan tentang prosedur invasif
|
Jam 15.00
S:
-Infeksi
berkurang
-tidak tercium bau
O:Nyeri
tekan berkurang
A:Masalah
belum teratasi
P:Intervensi
dilanjutkan
|
3
|
Gangguan
rasa nyeri berhubungan dengan
inflamasi akibat luka tusuk ditandai dengan
pasien merasa kesakitan karena nyeri dan skala nyeri 7
|
Tujuan:
Nyeri hilang
KH:
ü
nyeri berkurang atau hilang
ü
klien tampak tenang
|
1.Lakukan
pendekatan kepada pasien dan keluarga
2.Kaji
tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
3.Jelaskan
kepada klien penyebab dari nyeri
4.Observasi
tanda-tanda vital
5.Lakukan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
|
1.Hubungan
yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
2.Tingkat intensitas
nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
3.Memberi
penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri
5.Untuk
memblok stimulasi nyeri sehingga nyeri berkurang
|
Jam 11.00
1.Melakukan
pendekatan pada klien dan keluarga.
Jam 11.05
2.Mengkaji
frekwensi nyeri.
Jam 11.05
3.Menjelaskan
kepada klien penyebab dari nyeri
Jam 11.10
4.Mengobservasi
tanda-tanda vital.
Jam 11.20
5.Melakukan
kolaborasi tentang pemberian obat analgesik
|
Jam 15:20
S:Nyeri hilang
O:Skala
nyeri negative
A: Masalah
teratasi
P: Intervensi
dihentikan
|
4
|
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai pasien mengatakan susah tidur
karena nyeri dan skala nyeri 7
|
Tujuan:
Pola
tidur tercukupi
KH:
Pasien
merasa cukup istrahat
|
1.Kaji tidur klien
2.Ciptakan suasana yang membuat klien merasa nyaman misal tempat tidur
yang bersih dan rapi
kolaborasi:
3.Berikan obat CTM
|
1.Mengetahui apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi
2.Agar klien bisa istirahat dengan tenang
3. CTM dpt m’bntu mrelaksasikan pkiran dan m’bntu utk t’tdur
|
Jam : 12.00
1.Mengkaji tidur klien
Jam 12.00
2.Menciptakan suasana yang nyaman pada pasien.
Jam 12.00
3.membrrrikan 0bat CTM 1 x 500 mg
|
Jam 16.00
S: Pasien
merasa cukup istrahat
O: Pola tidur
tercukupi
A:Masalah
teratasi
P:Intervensi
dihentikan
|
5
|
Gangguan
mobilitas berhubungan dengan luka tusuk dibagian abdomen ditandai dengan
pasien mengatakan susah bergerak karena merasa sakit jika bergerak
|
Tujuan:
Pasien
akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal
KH:
ü
penampilan yang seimbang
ü
melakukan pergerakkan dan perpindahan
|
1.Kaji
kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan
2.Tentukan
tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas
3.Ajarkan dan
pantau pasien dalam penggunaan alat
bantu
|
1.Mengidentifikasi
masalah, memudahkan intervensi
2.Mempengaruhi
penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah ketidakmampuan atau
ketidakmauan
3.Menilai
batasan kemampuan aktivitas optimal
|
Jam 16.00
1.Mengkaji
kebutuhan pelayanan dan kesehatan.
Jam 16.00
2.Menentukan
tingkat motivasi klien dalam melakukan aktivitas.
Jam 16.10
3.Ajarkan
dan pantau pasien dalam penggunaan alat bantu
|
Jam 18.00
S:Pasien udah bisa bergerak O:Ada motivasi untuk bergerak
A:Masalah
teratasi
P:Intervensi dihentikan |
Catatan
Perkembangan
06 APRIL 2013
NO
|
DX KEPERAWATAN
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1
|
Gangguan
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dibagian abdomen(luka
tusuk) ditandai dengan luka tusuk dibagian abdomen klien dengan luas 2 Cm dan
kedalaman 3 Cm
|
Jam08.00
1.Melakukan
pengkajian pada kulit.
Jam 08.05
2.Mengkaji
lokasi,ukuran,warna,bau serta jumlah dan tipe cairan luka.
Jam 08.10
3.Memantau
peningkatan suhu tubuh.
Jam 08.20
4.Melakukan
perawatan luka dengan dengan teknik aseptic.
Jam 08.20
5.melakukan
kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat,seperti debridement
|
Jam 15.00
S: Edema hilang
O: Luka tertutup
A:Masalah
teratasi
P:Intervensi
dihentikan
|
2
|
Resiko
infeksi berhub ungan dengan luka tusuk ditandai dengan pasien mengatakan
nyeri tekan dan tercium bau dibagian luka
|
Jam 10.00
1.Memantau
tanda-tanda peradangan.
Jam 10.05
2.Melakukan
perawatan luka dengan teknik aseptic.
Jam 10.20
3.Melakukan
perawatan tentang prosedur invasif
|
Jam 15.00
S:
-Infeksi
tidak ada
-tidak tercium bau
O:Nyeri hilang
A:Masalah
teratasi
P:Intervensi
dihentikan
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalalam penulisan makalah ini, dilihat dari
beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa trauma abdomen
dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti yang tertera di bagian etiologi
makalah ini. Trauma abdomen yang disebabkan benda
tumpul biasanya lebih banyak menyebabkan kerusakan pada organ-organ padat
maupun organ-organ berongga abdomen dibandingkan dengan trauma abdomen yang
disebabkan oleh benda tajam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar